Skip to main content

Featured post

Pemimpin Tanggung

Banyak dari kegitan saya yang terlibat dengan banyak ornag dan saya harus berinteraksi dengan pemimpin-pemiimpin pada kegiatan saya sehari-harinya. Bekerja pada suatu perusahaan dengan kegiatan kampus dan kegiatan lainnya membuat saya harus belajar sangat ketat dalam mengatur waktu seharusnya. Kembali lagi pada prioritas,itulah yang biasanya yang menjadi bahan pertimbangan yang sangat tepat untuk saya membagi waktu.Dibalik itu semua butuh juga yang namanya "kedewasaan diri", hal ini sering kali terlupakan oleh banyak orang. Tak terpungkiri saya pribadi sering menghiraukan kedawasaan diri saya, #rasanya sering ingin mentertawakan diri sendiri. Pagi ini saya ditemani secangkir air putih di meja kerja saya yang sangat berantakan,melanjutakan beberapa tilisan yang harus saya lanjutkan di blog saya ini. Back to the topic, bahasan yang harusa dilanjutkan "pemimpin tanggung". Pemimpin yang saya akan bahas adalah pemimpin yang masih tanggung untuk memimpin. Rasanya say

ketika masalah kecil memiliki dampak yang besar pada diri kita

Pada saat seseorang dihadapkan dalam masalah yang kecil, kebiasaan yang timbul adalah mengabaikan masalah ini. Betapa kurang saya sadari betapa manusia hari-hari ini haruslahh memiliki perhitungan lebih dalam berbuat baik untuk orang lain, tidak perduli walaupun semua itu bukan merupakan asas dari persahabatan. awal yang saya mau adalah persahabatan dapat membuat kami menjadi saling mengisi kekurangan dan kelebihan dari kita satu sama lain. Dunia kebaikan terasa sudah mati, tidak ada lagi ketulusan untuk menolong orang lain. Ke'egoisan ini mendorong masalah yang kecil ini menjadi dampak yang besar dalam persahabatan saya.





Awalnya tak sebesar yang saya fikir akan tetapi semua itu terasa berat untuk diselesaikan. Bagi saya ini semua sudah berakhir, walau ini bukanlah menjadi harapan saya yang sebenar-benarnya. Kesedihan melanda diri saya untuk beberapa waktu dan meninggalkkan luka untuk saya yang terlalu berharap besar pada persahabatan yang sudah saya bangun. Sulit sekali untuk sekarang ini menemukan sosok sahabat yang bisa saling mengisi dalam kelebihan dan kekurangan masing-masing pribadi. Betapa kurangnya saya dimata orang lain sehingga saya tidak layak ditolong. Lalu, apakah mereka mengerti apa yang saya lakukan untuk mereka selama ini. Rasanya sudah habis segala tangis kesabaran, walau saya masih sabar menghadapi semuanya yang sudah menjauh dari keseharianku. Dampak yang besar untuk masalah yang kecil adalah sakit yang saya rasa untuk menghancurkan sebuah persahabatan.

Comments

Popular Posts