Bebas untuk Kreatif
Menekuni suatu menjadikan saya menjadi pribadi yang kratif. Saya yang
notabennya hanya seorang anak yang dahulunya tertutupi kreatifitasnya
karna tekanan dari lingkungan yang membentuk saya terlahir menjadi
pribadi yang tersudut sebagai anak dari seorang guru. Menjadi anak
seorang guru bukan kebanggan bagi saya, saya merasa seorang sosok yang
cukup tepandang dilingkungan masa kecil saya terutama masa dimana saya
duduk dibangku sekolah dasar. Predikat yang melekat pada mama saya yang
berprofesi sebagai guru galak, telah membuat luka tersendiri bagi saya.
Sewaktu duduk di sekolah dasar, saya menjadi pribadi yang terdidik untuk
taat, kaku, disiplin dan panutan bagi teman-teman sepantaranku. Saya
tidak pernah merasakan serunya bermain dengan teman-teman dengan
leluasa. Temen-teman saya pada waktu sekolah dasar kebanyakan merasa
canggung jika bergaul dengan anak guru yang selalu diberikan spesial
perhatian di sekolah oleh para guru-guru. Sebenarnya, bukan perhatian
spesial, justru lebih beratnya menjadi anak dari seorang guru adalah
kepribadian kami harus menjadi contoh yang baik bagi teman-teman yang
lain. Saya sehari-hari harus berpakaian rapih, nilai harus diatas
rata-rata, cara berbicara saya harus sopan, kreatifitas kami juga harus
diatas rata-rata. Dahulu saya dikenal dengan bidang seni musik dengan
kemampuan tinggi dibandingkan teman-teman sebaya saya, karna mama saya
juga terkenal demikian, bukan berarti saya tidak menyukai musik, saya
suka musik, tapi saya tidak merasa musik passion saya.
Sedari kecil memang keluarga saya selalu memprioritaskan pendidikan,
jadi apabila ada kegiatan diluar kaitannya dengan pendidikan, jangan
harap akan mendapatkan fasilitasnya. Pada waktu dahulu, dirumah saya
sudah dilengkapi dengan fasilitas komputer, itupun difasilitasi orang
tua saya untuk kakak saya yang sudah kuliah dan membutuhkan perangkat
tersebut. SMP saya merasa sedikit bisa menunjukkan kreatifitas saya,
saya mulai mengikuti eksul basket,walaupun itu juga terhalang karna
rumah saya yang jauh sehingga saya tidak sempat bertahan lama untuk
menekuni itu. Bergaul dengan teman-teman sewaktu SMP, saya tidak banyak
memiliki kebebasan, karna mama saya mengantar - jemput saya. Hal ini
berakibat saya kurang memiliki waktu bermain dengan teman saya. Sewaktu
SMP teman-teman saya banyak bergaul di cafe, tempat makan fast food,
warnet, Mall, toko buku, Bioskop, dan saya hanya bisa menikmati semuanya
itu pada saat mama saya tidak bisa menjemput saya.
SMA saya mulai merasakan kebebasan, lokasi sekolah yang dekat dari
rumah, teman-teman yang baru semua dan suasana yang jauh lebih baik.
Mulai dari SMA saya baru menyadari betul betapa orang tua saya saya
mensupport saya untuk menjadi sosok yang kreatif dengan kebebasan yang
mereka berikan untuk memilih sekolah. Sekolah yang saya pilih bukan SMA
yang bonafit, saya lebih memilih ada di lingkungan sekolah yang jauh
dari kata glamour anak muda. Kreatifitas saya saya mulai dari apa yang
sudah saya miliki. saya sadar penuh, bahwa fasilitas yang diberikan
orang tua saya bukan fasilitas yang murah bagi teman-teman yang ada di
SMA saya dahulu. tidak semua bisa menikmati fasilitas seperti saya.
Kebutuhan komputer yang pada saat itu sudah saya nikmati tidak dimiliki
semua orang, saya sering memberikan tumpangan bagi teman-teman saya
untuk mengerjakan tugas. Selain saya aktif pada kegiatan ekskul sekolah
saya juga mulai aktif untuk berorganisasi di gereja. Pada dasarnya saya
selalu terdidik untuk membuat sesuatu dengan mengandalkan diri sendiri,
dan ini juga memacu saya untuk ber kreatifitas. Pada saat disekeliling
saya sangat kebingungan untuk mendesain suatu banner untuk acara natal,
saya mencoba membranikan diri untuk mendesign. Memulai dengan aplikasi
sederhana yakni paint, dan ternyata hal tersebut kurang. saya mulai
mencari tahu perihal program untuk mendesign suatu poster atau banner di
internet, setelah semalaman browsing, saya mendapatkan beberapa ilmu
dan langsung saya praktikan dari memulainya dengan menginstall
mendownload program tersebut dan menginstallnya. Bukan hal yang mudah
untuk melakukan hal tersebut pada saat dahulu. Ini sesuatu yang di luar
nalar saya sebagai seorang anak SMA yang biasa menggunakan komputer
untuk mengerjakan tugas, menulis blog, browsing dan mendominasi dalam hal bermain
game.
Berbicara bukan bagian dari hobby saya. Berbicara merupakan satu-satunya pekerjaan saya. Sedari dahulu saya bukan tipe orang yang ingin berbicara atau berinteraksi dengan orang lain. Ketika saya berbicara berarti saya sedang bekerja, karna otak dan organ tubuh saya yang lain bekerja dengan baik, sedangkan mulut saya tidak selalu berkerja. Saya akan berbicara pada waktunya. Pada waktunya orang ingin berbincang dengan saya, pada waktunya orang bertanya pada saya, pada waktunya saya meminta sepatu baru di akhir tahun, atau pada waktunya saya meminta minum teh manis milik mama saya. Apa yang otak saya kerjakan itu yang saya lakukan dengan tangan dan kaki atau organ lainnya terkecuali mulut saya yang kinerjanya hanya 10%. Kinerja mulut saya semakin bertambah ketika saya mulai menemukan beberapa kegiatan yang mengharuskan saya mempekerjakan mulut saya semaksimal mungkin, kegiatan tersebut adalah paduan suara, less bahasa inggris, bergabung dalam organisasi dan banyak lagi. Secara tidak sadar saya mulai mengasah kemampuan saya untuk berbicara pada banyak orang, dan ini menjadi suatu pekerjaan khusus bagi saya untuk memanfaatkan skill berbicara saya yang satu ini. Saya mulai berani sharing dengan orang-orang disekitar saya, padahal dahulu saya hanya seorang pendengar. Dari hal tersebut saya mulai bekerja sebagai penasehat pribadi ataupun organisasi dan sebagai pembicara dibeberapa seminar.
Bebas untuk kreatif mengartikan bahwa apapun yang anda kerjakan merupakan suatu kreativitas tersendiri. Bermain game,membaca,menulis,mendengar,berbicara,berolahraga,dan banyak hal lainnya yang bisa anda lakukan dengan sekreatif mungkin. Sesuatu yang memiliki ketekunan dan tujuan yang positif pasti akan memberikan dampak positif kedepannya. Percayalah bahwa sesuatu yang kita lihat nyata sekarang ini adalah bukan sesuatu yang abadi, melainkan sesuatu yang fana. Segala sesuatu yang kita tidak lihat adalah keabadian. Sama halnya dengan mimpi, tidak akan ada bentuk realnya jikalau kita tidak berusaha untuk menggapainya. Adapun mimpi kita sudah terwujud, bermimpilah untuk hal yang lebih besar, agar semakin kita mewujudkan mimpi-mimpi kita, itu berarti kita mensyukuri segala pemberian Tuhan terhadap kita selagi hidup di dunia.
Comments
Post a Comment